Jumat, 12 Agustus 2016

Biografi Theodore Herzl

Biografi Theodore Herzl


Palembang, 12 Agusuts 2016
Repost :  http://www.binasyifa.com/129/53/27/tokoh-yahudi-perjuangan-theodore-herzl-buat-yahudi.htm
               https://id.wikipedia.org/wiki/Theodor_Herzl







Theodor Herzl (1860-1904) dikenal sebagai seorang penulis, wartawan, sekaligus tokoh Yahudi terpenting pada masanya. Betapa tidak, dia merupakan konseptor dari gerakan Zionisme Internasional sekaligus tokoh nan melapangkan jalan menuju berdirinya negara Israel modern.
Berbicara tentang Yahudi niscaya juga tak lepas dari nama banyaknya tokoh Yahudi nan paling berpengaruh. Tokoh Yahudi tersebut merupakan perwakilan ajaran Yahudi dalam bentuk konkret di lingkungan masyarakat.
Tokoh-tokoh besar nan menganut Yahudi atau orang langsung keturunan dari Yahudi jumlahnya juga cukup banyak. Seperti Albert Einstein dan Moses Maimonides. Selain dua tokoh tersebut, tokoh Yahudi lainnya nan juga terkenal ialah Theodor Herzl.


Tokoh Yahudi - Siapa Theodor Herzl? Sebagai salah satu tokoh Yahudi, namanya mungkin memang tak seterkenal Albert Einstein, tapi sesungguhnya, sepak terjang Theodor Herzl sebagai orang Yahudi dan sumbangsihnya terhadap Yahudi tak perlu lagi diragukan.
Tokoh Yahudi ini lahir di Budapest, Hongaria, pada 2 Mei 1860. Pada awalnya, ia meniti karier di Vienna, Austria, dengan mempelajari ilmu hukum. Namun kemudian, karier intelektualnya lebih banyak bersentuhan dengan global sastra dan kepenulisan.
Dia pun segera mencatatkan namanya sebagai salah seorang dramawan dan penulis essay terkenal. Pada 1891 dia menjadi koresponden Vienna Neue Freie Presse untuk wilayah Paris. Tokoh Yahudi nan satu ini pun mulai menjelma menjadi seorang pria dengan sebuah karya.
Theodor Herzl mungkin tak akan emnjadi tokoh Yahudi seterkenal sekarang jika pada 1894 tak terjadi sebuah peristiwa besar. Pada 1894, terjadi gerakan antisemit di Prancis. Gerakan ini lahir sebagai respons masyarakat setempat terhadap Peristiwa Dreyfus alias Dreyfus Affair .
Kisahnya berawal ketika Kapten Alfred Dreyfus (1859-1935), seorang anggota militer Prancis berdarah Yahudi, dituduh berkhianat dengan membocorkan misteri militer Prancis kepada pihak Jerman, nan ketika itu tengah berkonflik dengan Prancis. Karena itulah, Kapten Dreyfus dijatuhi sanksi berat dengan dibuang ke "Pulau Setan". Peristiwa ini menjadi sebuah pemikiran bagi salah seorang tokoh Yahudi ini.
Peristiwa ini telah menyulut kebencian orang-orang Prancis-juga orang Eropa lainnya-terhadap kaum Yahudi. Jargon anti Yahudi berkumandang di seluruh negeri. Gerakan antisemit pun menjadi isu nasional nan mendapat respons dan dukungan pemerintah dan Gereja Katholik Roma.
Pada kenyataannya, dukungan tersebut terus berlangsung, meski di kemudian hari terbukti bahwa Alfred Dreyfus tak bersalah. Dia hanya menjadi korban fitnah. Orang nan membocorkan misteri militer Prancis ialah Mayor Ferdinand Walsin Esterhazy nan tulisannya mirip tulisan Alfred Dreyfus. Peristiwa ini perlahan mulai memengaruhi cara pandang tokoh Yahudi nan satu ini.
Peristiwa ini kemudian berpengaruh besar terhadap pemikiran Herzl, nan pada akhirnya mengantarkan ia menjadi seorang tokoh Yahudi nan cukup berpengaruh. Pada awalnya, ia berpikir bahwa asimilasi antara kaum Yahudi dengan orang-orang Kristen Eropa merupakan solusi terbaik buat membendung gerakan antisemit di Eropa. Akan tetapi, setelah melihat fenomena nan ada, ia pun sampai pada satu konklusi bahwa bangsa Yahudi harus memiliki wilayah kedaulatannya sendiri sehingga dapat bebas dari penindasan kelompok mayoritas.


Tokoh Yahudi - Perjuangan Theodore Herzl buat Yahudi Pada 1896 Herzl menerbitkan sebuah pamplet berjudul Der Judenstaat (Negara Yahudi). Pamplet tersebut berisi dukungan Herzl terhadap pembentukan sebuah negara tersendiri bagi bangsa Yahudi. Hal ini sebenarnya sudah pernah diusulkan oleh para pemimpin kaum Yahudi lainnya. Namun pada praktiknya, Herzl-lah orang pertama nan "memprakarsai" pertemuan-pertemuan misteri di antara para tokoh Yahudi untuk merealisasikan planning besar tersebut.
Untuk mendirikan negara Yahudinya tersebut, Theodor Herzl beserta tokoh Yahudi lainnya kemudian menggalang dana. Dana nan digalang merupakan dana sumbangan dari orang-orang Yahudi nan kaya. Saat itu Herzl meminta donasi kepada dua Baron, Baron Hirsch dan Baron Rotschild. Usahanya tersebut ternyata tak begitu menghasilkan.
Meskipun kesulitan dalam hal finansial, Theodor Herzl nyatanya dapat mengadakan sebuah kongres. Sebuah kongres nan sangat bersejarah dalam hidupnya. Pada 1897, Herzl dan para tokoh Yahudi lainnya melaksanakan sebuah kongres di Basel, Swiss. Kongres tersebut menghasilkan sebuah keputusan krusial nan kelak mengubah konstalasi politik dunia, yaitu lahirnya Gerakan Zionisme Internasional. Manifestasi gerakan tersebut tergambar jelas dalam sebuah skenario terkenal nan disebut Protocol of Zion. Pada kongres tersebut, Theodor diangkat menjadi pemimpin. Namanya sebagai salah satu tokoh Yahudi pun semakin besar.
Salah satu kesepakatan dari Kongres Basel ialah komitmen buat mendirikan sebuah negara Yahudi (Israel) di Tanah Palestina. Namun masalahnya, pada waktu itu, Palestina berada di bawah kekuasaan kekhalifahan Ottoman Turki. Herzl pun berinisitif melakukan negosiasi-tepatnya penyuapan-terhadap Sultan Abdul Hamid II agar bisa memiliki tanah Palestina.
Kepada Sultan, tokoh Yahudi ini menjanjikan uang tunai sebesar 35 juta lira emas, plus beberapa tawaran menggiurkan lainnya, semacam pelunasan utang dan pembangunan benteng pertahanan, agar bangsa Yahudi dapat kembali ke Tanah Kudus Pelestina dengan bertahap dan menetap di sana secara permanen. Akan tetapi, "negosiasi" tersebut tak membuahkan hasil apa-apa, selain penolakan mentah-mentah dari Sultan.
Penolakan nan dilontarkan oleh Sultan diserta sebuah memorandum nan berbunyi "Saya takkan melepaskan tanah Palestina meski sejengkal. Sebab tanah itu bukan milik saya, tetapi milik umat nan didapatkan melalui perjuangan dan tetesan darah. Simpan saja uang kalian. Bila suatu hari nanti khilafah hancur dan musnah, kalian dapat mengambilnya tanpa sepeserpun uang nan kalian bayarkan buat tanah itu. Namun selagi hayat masih dikandung badan lalu kalian tusukkan pisau di jasad saya, sesungguhnya itu lebih mudah bagi saya, daripada aku harus menyaksikan Palestina terlepas dari khilafah Islam. Dan aku konfiden ini takkan pernah terjadi selama aku masih hidup, karena aku tidak mampu menahan sakitnya badan aku dikoyak-koyak sedang aku masih bernafas." Memorandum tersebut diterima oleh para tokoh Yahudi sebagai sebuah kegagalan besar.
Benar saja, penolakan Sultan Abdul Hamid II merupakan kegagalan terbesar nan dialami Herzl dalam merealisasikan ambisinya. Namun, di balik kegagalannya tersebut, Herzl tetap dikenal sebagai tokoh Yahudi nan berjasa menghimpun dan menyatukan kekuatan politik, ekonomi, dan intelektual kaum Yahudi nan terserak dan tersebar di mana-mana.
Dalam memorandumnya, Sultan mengatakan bahwa jika khilafah hancur, kaum Yahudi boleh mengambil tanah miliknya. Tapi, saat khilafah hancur, sang Sultan tak menepati janjinya. Perang pun akhirnya takdapat dielakkan. Perang selama 6 hari tersebut pada akhirnya sukses mengusir warga Arab dan Palestina dari Israel.
Tokoh Yahudi ini meninggal pada 3 Juli, 1904 sebelum dia sempat melihat cita-citanya terwujud, yaitu berdirinya negara Israel di Tanah Palestina. Untuk mengenang jasa-jasanya, pada 1949; tak lama setelah negara Israal berdiri, nama Herzl diabadikan menjadi nama sebuah gunung nan terletak di sebelah barat Yerussalem, yaitu Mount Herzl. Lokasi itu pun menjadi loka buat mengenang Yahudi nan tewas pada Perang Global II.
Sebelum kematiannya, tokoh Yahudi ini pernah menulis sebuah novel berjudul Old New Land (1902; kemudian diterjemahkan pada 1941. Novel ini bercerita tentang impian orang Yahudi buat mendirikan negara Israel di Tanah Kudus Palestina. Herzl pun menulis The Complete Diaries Theodor Herzl (3 volume, 1922; kemudian diterjemahkan tahun 1961 dalam 5 volume).

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar