Palembang, 13 November 2016
Repost : http://www.biografiku.com/2009/11/biografi-ibnu-khaldun-peletak-dasar.html
Biografi Ibnu Khaldun - peletak dasar ilmu sosial dan politik Islam
Nama lengkapnya adalah Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad
bin Abi Bakar Muhammad bin al-Hasan yang kemudian masyhur dengan sebutan
Ibnu Khaldun. lahir di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M.
adalah dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal
Alquran sejak usia dini. Sebagai ahli politik Islam, ia pun dikenal
sebagai bapak Ekonomi Islam, karena pemikiran-pemikirannya tentang teori
ekonomi yang logis dan realistis jauh telah dikemukakannya sebelum Adam
Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823) mengemukakan
teori-teori ekonominya. Bahkan ketika memasuki usia remaja,
tulisan-tulisannya sudah menyebar ke mana-mana.
Tulisan-tulisan dan pemikiran Ibnu Khaldun terlahir karena studinya yang
sangat dalam, pengamatan terhadap berbagai masyarakat yang dikenalnya
dengan ilmu dan pengetahuan yang luas, serta ia hidup di tengah-tengah
mereka dalam pengembaraannya yang luas pula.
Selain itu dalam tugas-tugas yang diembannya penuh dengan berbagai
peristiwa, baik suka dan duka. Ia pun pernah menduduki jabatan penting
di Fes, Granada, dan Afrika Utara serta pernah menjadi guru besar di
Universitas al-Azhar, Kairo yang dibangun oleh dinasti Fathimiyyah. Dari
sinilah ia melahirkan karya-karya yang monumental hingga saat ini. Nama
dan karyanya harum dan dikenal di berbagai penjuru dunia. Panjang
sekali jika kita berbicara tentang biografi Ibnu Khaldun, namun ada tiga
periode yang bisa kita ingat kembali dalam perjalan hidup beliau.
Periode pertama, masa dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Yakni, ia belajar Alquran, tafsir, hadis, usul fikih,
tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah,
fisika dan matematika.
Dalam semua bidang studinya mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dari
para gurunya. Namun studinya terhenti karena penyakit pes telah melanda
selatan Afrika pada tahun 749 H. yang merenggut ribuan nyawa. Ayahnya
dan sebagian besar gurunya meninggal dunia. Ia pun berhijrah ke Maroko
selanjutnya ke Mesir; Periode kedua, ia terjun dalam dunia politik dan
sempat menjabat berbagai posisi penting kenegaraan seperti qadhi
al-qudhat (Hakim Tertinggi). Namun, akibat fitnah dari lawan-lawan
politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam penjara.
SETELAH keluar dari penjara, dimulailah periode ketiga kehidupan Ibnu
Khaldun, yaitu berkonsentrasi pada bidang penelitian dan penulisan, ia
pun melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama
dibuatnya. Seperti kitab al-’ibar (tujuh jilid) yang telah ia revisi dan
ditambahnya bab-bab baru di dalamnya, nama kitab ini pun menjadi Kitab
al-’Ibar wa Diwanul Mubtada’ awil Khabar fi Ayyamil ‘Arab wal ‘Ajam wal
Barbar wa Man ‘Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar.
Kitab al-i’bar ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane
pada tahun 1863, dengan judul Les Prolegomenes d’Ibn Khaldoun. Namun
pengaruhnya baru terlihat setelah 27 tahun kemudian. Tepatnya pada tahun
1890, yakni saat pendapat-pendapat Ibnu Khaldun dikaji dan diadaptasi
oleh sosiolog-sosiolog German dan
Austria yang memberikan pencerahan bagi para sosiolog modern.
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi diantaranya,
at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab
sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak
sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin
(sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang
merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa
al-Muta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).
DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of Aberdeen, Scotland dalam artikelnya “The Islamic Review & Arabic Affairs” di
tahun 1970-an mengomentari tentang karya-karya Ibnu Khaldun. Ia
menyatakan, “Tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya
satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia
Barat, terutama ahli-ahli sosiologi dalam bahasa Inggris (yang menulis
karya-karyanya dalam bahasa Inggris).” Salah satu tulisan yang sangat
menonjol dan populer adalah muqaddimah (pendahuluan) yang merupakan buku
terpenting tentang ilmu sosial dan masih terus dikaji hingga saat ini.
Bahkan buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di sini Ibnu
Khaldun menganalisis apa yang disebut dengan ‘gejala-gejala sosial’
dengan metoda-metodanya yang masuk akal yang dapat kita lihat bahwa ia
menguasai dan memahami akan gejala-gejala sosial tersebut. Pada bab ke
dua dan ke tiga, ia berbicara tentang gejala-gejala yang membedakan
antara masyarakat primitif dengan masyarakat moderen dan bagaimana
sistem pemerintahan dan urusan politik di masyarakat.
Bab ke dua dan ke empat berbicara tentang gejala-gejala yang berkaitan
dengan cara berkumpulnya manusia serta menerangkan pengaruh
faktor-faktor dan lingkungan geografis terhadap gejala-gejala ini. Bab
ke empat dan ke lima, menerangkan tentang ekonomi dalam individu,
bermasyarakat maupun negara. Sedangkan bab ke enam berbicara tentang
paedagogik, ilmu dan pengetahuan serta alat-alatnya. Sungguh mengagumkan
sekali sebuah karya di abad ke-14 dengan lengkap menerangkan hal ihwal
sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu dan pengetahuan. Ia telah menjelaskan
terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan teori sejarah.
Ibnu Khaldun sangat meyakini sekali, bahwa pada dasarnya negera-negara
berdiri bergantung pada generasi pertama (pendiri negara) yang memiliki
tekad dan kekuatan untuk mendirikan negara. Lalu, disusul oleh generasi
ke dua yang menikmati kestabilan dan kemakmuran yang ditinggalkan
generasi pertama. Kemudian, akan datang generasi ke tiga yang tumbuh
menuju ketenangan, kesenangan, dan terbujuk oleh materi sehingga sedikit
demi sedikit bangunan-bangunan spiritual melemah dan negara itu pun
hancur, baik akibat kelemahan internal maupun karena serangan
musuh-musuh yang kuat dari luar yang selalu mengawasi kelemahannya.
ADA beberapa catatan penting dari sini yang dapat kita ambil bahan
pelajaran. Bahwa Ibnu Khaldun menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan
tidak meremehkan akan sebuah sejarah. Ia adalah seorang peneliti yang
tak kenal lelah dengan dasar ilmu dan pengetahuan yang luas. Ia selalu
memperhatikan akan komunitas-komunitas masyarakat. Selain seorang
pejabat penting, ia pun seorang penulis yang produktif. Ia menghargai
akan tulisan-tulisannya yang telah ia buat. Bahkan ketidaksempurnaan
dalam tulisannya ia lengkapi dan perbaharui dengan memerlukan waktu dan
kesabaran. Sehingga karyanya benar-benar berkualitas, yang di adaptasi
oleh situasi dan kondisi.
Karena pemikiran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun dipandang
sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar
pendidikan Alquran yang diterapkan oleh ayahnya menjadikan Ibnu Khaldun
mengerti tentang Islam, dan giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu
keislaman. Sebagai Muslim dan hafidz Alquran, ia menjunjung tinggi akan
kehebatan Alquran. Sebagaimana dikatakan olehnya, “Ketahuilah bahwa
pendidikan Alquran termasuk syiar agama yang diterima oleh umat Islam di
seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan Alquran dapat meresap
ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Alquran pun patut
diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar