Palembang, 15 Januari 2017
Repost : https://id.wikipedia.org/wiki/Kapal_tempur_Jepang_Yamato
Yamato (大和?) adalah
kapal tempur Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dalam
Perang Dunia II, sekaligus kapal utama dalam
Armada Gabungan Jepang. Nama kapal ini diambil dari nama
Provinsi Yamato. Sebagai kapal pertama dalam
kelasnya, Yamato bersama kapal sekelasnya,
Musashi
merupakan kapal tempur terbesar dan terberat yang pernah dibangun.
Berat kapal dengan muatan penuh 72.800 ton, dan dipersenjatai dengan
sembilam meriam utama kaliber 46 cm (18,1 inci).
Kapal ini dibangun dari 1939 hingga 1940 di
Arsenal Angkatan Laut Kure,
Prefektur Hiroshima, dan secara resmi mulai ditugaskan pada akhir 1941. Sepanjang tahun 1941,
Yamato dijadikan kapal pemimpin yang dinaiki Laksamana
Isoroku Yamamoto. Kapal ini pertama kali berlayar sebagai anggota Armada Gabungan selama
Pertempuran Midway Juni 1942. Selama tahun 1943,
Yamato secara terus menerus dipindah-pindahkan dari
Truk ke
Kure, dan lalu ke
Brunei untuk menghindari serangan udara Amerika Serikat terhadap pangkalan militer Jepang.
Yamato
hanya pernah sekali menembakkan meriam utama ke sasaran musuh.
Kesempatan itu diberikan kepadanya pada bulan Oktober 1944, namun
Yamato segera diperintahkan pulang setelah serangan dari kapal perusak dan pesawat-pesawat tempur dari gugus tugas
kapal induk pengawal "Taffy" berhasil menenggelamkan tiga kapal penjelajah berat dalam
Pertempuran Lepas Pantai Samar.
Yamato karam bulan April 1945 dalam
Operasi Ten-Go.
y
amato adalah kapal utama dalam
"kapal tempur kelas berat" Yamato yang dirancang Angkatan Laut Kekaisaran Jepang pada tahun 1937. Kapal tempur kelas ini dirancang untuk dapat meladeni sasaran musuh
yang beragam, dan dimaksudkan sebagai cara Jepang untuk bersaing dengan
Angkatan Laut Amerika Serikat yang lebih maju.
Dengan dibuatnya kapal-kapal kelas Yamato yang masing-masing
berkapasitas 70.000 ton, Jepang berharap kemampuan kapal-kapal tempurnya
dapat menyaingi Amerika Serikat
Pembangunan lunas
Yamato dimulai 4 November 1937 di
Arsenal Angkatan Laut Kure
dengan memakai galangan kapal yang didesain secara khusus. Pembangunan
kapal ini dirahasiakan. Kain berukuran besar menghalangi pemandangan
sewaktu kapal ini dibagun di galangan kapal Kure.
Kapal ini sangat besar, sehingga perlu dirancang dan dibuat kran gantri
(alat angkat) yang masing-masing dapat mengangkat muatan 150 ton dan
350 ton.
Yamato diluncurkan 8 Agustus 1940 di bawah pimpinan Kapten (kemudian naik pangkat sebagai Laksamana Madya)
Miyazato Shutoku.
Persenjataan
Meriam utama
Yamato terdiri dari sembilan meriam laut
40 cm/45 Tipe 94 kaliber 18,1 inci yang merupakan artileri angkatan laut berkaliber terbesar yang pernah dipasang di atas kapal perang. Panjang masing-masing meriam 21,13 m dan beratnya 147,3 metrik ton. Meriam ini mampu menembakkan
peluru penembus perisai berdaya ledak tinggi hingga sejauh 42,0 km.Meriam sekunder terdiri dari dua belas meriam kaliber 6,1 inci (15 cm)
yang dipasang di empat menara meriam (satu di depan, satu di belakang,
dua di tengah kapal),dan dua belas senjata kaliber 5 inci (13 cm) yang dipasang di enam
menara meriam ganda (tiga di masing-masing sisi bagian tengah kapal). Selain itu,
Yamato membawa 24 senapan antipesawat yang sebagian besar di pasang di bagian tengah kapal. Ketika dilengkapi kembali pada tahun 1944, meriam sekunder diganti menjadi enam meriam kaliber 6,1 inci (15 cm), dua puluh empat meriam kaliber 5 inci (13 cm), dan seratus enam puluh dua senjata antipesawat kaliber 1 inci (2,5 cm) sebagai persiapan pertempuran laut di Pasifik Selatan.
Dinas tempur
Uji coba dan operasi pertama: 1942
Pada 16 Desember 1941,
Yamato secara resmi ditugaskan di Kure di bawah pimpinan Kapten (naik pangkat sebagai Laksamana Madya)
Gihachi Takayanagi sebagai komandan kapal. Pada hari yang sama,
Yamato bergabung dengan Divisi Kapal Tempur I bersama-sama dengan kapal tempur
Nagato dan
Mutsu. Pada 12 Februari 1942,
Yamato dijadikan kapal pemimpin
Armada Gabungan di bawah komando Laksamana
Isoroku Yamamoto. Setelah serangkaian uji coba di laut dan permainan perang,
Yamato dinyatakan siap beroperasi secara penuh dan mulai bertugas sejak 27 Mei 1942.
Yamato juga ditugaskan sebagai kapal tempur utama Isoroku Yamamoto sebagai persiapan menghadapi
Pertempuran Midway.Dalam Pertempuran Midway, Laksamana Yamamoto memimpin kekuatan laut Jepang dari atas anjungan
Yamato. Setelah kapal induk Jepang menderita kekalahan (empat kapal induk dan 332 pesawat yang diangkutnya hancur),
Yamato dan kapal-kapal tempur utama ditarik mundur ke
Hashirajima.
Pada 17 Agustus 1942,
Yamato berangkat dari Kure menuju
Truk. Sebelas hari kemudian, kapal selam Amerika Serikat
Flying Fish memergoki
Yamato, dan menembakkan empat torpedo ke arah
Yamato. Keempat-empatnya luput, dan
Yamato selamat tiba di Truk pada hari yang sama. Semasa
Kampanye Militer Guadalkanal,
Yamato
tetap berada di Truk mengingat tingkat konsumsi bahan bakar yang boros
hingga tidak mungkin dipakai dalam Pertempuran di Kepulauan Solomon. Pada Desember 1942, Kapten (nantinya Laksamana Madya)
Chiaki Matsuda ditugaskan sebagai komandan
Yamato.
Berpindah-pindah pangkalan: 1943
Pada 11 Februari 1943,
Musashi menggantikan peran
Yamato sebagai kapal pimpinan Armada Gabungan.
Yamato
tidak pernah dipakai bertempur hingga para awak kapal penjelajah dan
kapal perusak Jepang di Pasifik Selatan menjulukinya "Hotel Yamato".
Yamato hanya disandarkan di Truk hingga Mei 1943 saat diberangkatkan ke Yokosuka dan dikembalikan ke Kure Selama 9 hari,
Yamato masuk dok kering untuk inspeksi dan perbaikan umum. Pada bulan Juli 1943,
Yamato
kembali masuk dok kering untuk pemasangan sistem senjata antipesawat,
perisai menara meriam sekunder, dan sistem kendali kapal yang diperbarui
dan dipasang kembali. Pada bulan Agustus,
Yamato diberangkatkan
ke Truk untuk bergabung dengan Gugus Tugas berukuran besar yang dibentuk
untuk mengatasi serangan udara Amerika di atol Tarawa dan Makin. Pada
November 1943,
Yamato bergabung dengan gugus tugas yang lebih
besar, terdiri dari enam kapal tempur, tiga kapal induk, dan sebelas
kapal penjelajah sebagai reaksi atas serangan udara Amerika Serikat di
Kepulauan Wake. Dalam dua kali aksinya,
Yamato tidak pernah bertemu dengan kekuatan laut maupun udara Amerika Serikat, dan armada dipulangkan ke Truk.
Pada November 1943,
Yamato dan
Musashi diputuskan untuk
diubah sebagai kapal angkut mengingat kapasitas penyimpanan kedua kapal
ini yang besar dan dilindungi perisai baja. Pada 23 Desember 1943, ketika sedang mengangkut pasukan dan peralatan ke
Kepulauan Admiraty,
Yamato dan gugus tugasnya diadang oleh kapal selam
USS Skate yang menembakkan empat buah torpedo ke arah
Yamato. Dua di antaranya menghantam lambung kanan dekat menara meriam nomor 3. Kerusakan berat pada perisai kapal membuat magasen atas di menara meriam bagian belakang kebanjiran air.
Yamato terpaksa dipulangkan ke Truk untuk perbaikan darurat.
Ikut bertempur: 1944
Pada 16 Januari 1944,
Yamato kembali tiba di Kure untuk perbaikan, dan masuk dok kering hingga 3 Februari 1944. Ketika masuk dok kering, Kapten
Nobuei Morishita (mantan kapten kapal tempur
Haruna mengambil alih komando Yamato. Pada 25 Februari,
Yamato dan
Musashi dipindahkan dari Divisi Kapal Tempur I ke Armada Kedua.
Yamato kembali masuk dok kering untuk peningkatan kemampuan radar dan sistem antipesawat sepanjang bulan Maret 1944.
Senjata antipesawat yang dipasang terdiri dari 162 senapan mesin
kaliber 1 inci (25 mm) dan 24 senjata kaliber sedang 5 inci (13 cm).Sistem radar juga ditingkatkan dengan sistem identifikasi inframerah,
pencari lokasi pesawat terbang, dan sistem radar pengendali senjata.Setelah selesai dengan misi singkat sebagai kapal pengangkut ke Pasifik Selatan pada bulan April 1944,
Yamato berangkat menuju
Lingga,
Malaysia ditemani Armada Mobil pimpinan
Jisaburo Ozawa.Pada awal Juni 1944,
Yamato dan
Musashi mengangkut pasukan ke
Biak dengan misi tambahan memperkuat pertahanan angkatan laut dan garnisun di
Pulau Biak. Ketika markas besar Ozawa mendengar serangan kapal induk Amerika Serikat ke
Kepulauan Mariana, misi dibatalkan.
Dari 19 Juni hingga 23 June 1944,
Yamato mengawal Armada Mobil Ozawa selama
Pertempuran Laut Filipina yang dijuluki pilot-pilot Amerika Serikat sebagai "Pesta Menembak Ayam Kalkun Mariana Raya". Kerugian pihak Jepang melebihi 400 pesawat tempur, tiga kapal induk tenggelam akibat serangan kapal selam dan serangan udara. Salah menembak ke pesawat Jepang yang sedang pulang merupakan satu-satunya aksi
Yamato dalam pertempuran itu. Setelah pertempuran selesai, Yamato dan Armada Mobil ditarik mundur ke
Brunei untuk pengisian bahan bakar dan dipersenjatai kembali.
Dari 22 Oktober hingga 25 Oktober 1944,
Yamato bergabung dengan armada Kekuatan Tengah di bawah komando
Takeo Kurita dalam
Pertempuran Teluk Leyte yang merupakan pertempuran laut terbesar dalam sejarah. Ketika sedang berlayar, armada Kurita diserang kapal selam
USS Darter dan
USS Dace di Selat Palawan.
Atago yang dijadikan kapal bendera oleh Kurita dan
Maya ditenggelamkan dengan tembakan torpedo, sementara
Takao rusak. Keadaan ini memaksa Kurita untuk memakai
Yamato sebagai kapal bendera. Sepanjang
Pertempuran Laut Sibuyan,
Yamato dijatuhi tiga bom penembus perisai dari pesawat pengebom yang berpangkalan di atas kapal induk
USS Essex, sementara
Musashi tenggelam setelah dihantam 17 torpedo dan 19 bom.
Pada malam 24 Oktober, Kekuatan Tengah Kurita melayari Selat San
Bernardino, dan menyerang sekelompok kecil kapal induk pengawal dan
kapal-kapal penjelajah segera setelah pagi tiba. Pada tahap-tahap awal
Pertempuran Lepas Pantai Samar,
Yamato untuk pertama kali sekaligus terakhir kalinya menghadapi kapal-kapal perang musuh. Tembakan
Yamato berhasil mengenai sebuah kapal induk pengawal, sebuah kapal perusak, dan sebuah kapal perusak pengawal.Setelah memastikan tembakan meriam utama tepat mengenai sasarannya di
USS Gambier Bay, sekelompok torpedo Amerika Serikat dideteksi sedang menuju ke arah
Yamato hingga terpaksa mundur dari pertempuran, dan tidak lagi dapat ikut serta bertempur.
Gugus tugas Kurita dibubarkan kemudian setelah tiga kapal penjelajah
berat tenggelam, sementara pihak Jepang hanya berhasil menenggelamkan
satu
kapal induk pengawal dan tiga kapal perusak.
Setelah pertempuran di lepas pantai Samar,
Yamato dan sisa-sisa Angkatan A kembali ke Brunei Pada 15 November 1944, Divisi Kapal Tempur I dibubarkan, dan
Yamato dijadikan kapal bendera Armada Kedua. Pada 21 November, ketika sedang melewati
Laut Cina Timur dalam perjalanan menuju Pangkalan Angkatan Laut Kure
Yamato dan kapal-kapal dalam gugur tempurnya diserang kapal selam
USS Sealion. Kapal tempur
Kongo dan sejumlah kapal perusak tenggelam.
[ Setibanya di Kure,
Yamato
sehera masuk dok kering untuk perbaikan dan peningkatan kemampuan
sistem senjata antipesawat. Senjata anti pesawat yang lama diganti
sistem baru. Pada 25 November 1944, Kapten
Aruga Kosaku ditunjuk sebagai komandan
Yamato yang baru.
Operasi terakhir hingga karam: 1945
Pada 1 Januari 1945,
Yamato,
Haruna, dan
Nagato dipindahkan ke Divisi Kapal Tempur I yang baru diaktifkan kembali. Dua hari berikutnya,
Yamato keluar dari dok kering. Ketika Divisi Kapal Tempur I dinonaktifkan kembali pada 10 Februari 1945,
Yamato dipindahkan ke Divisi Angkut I. Pada 19 Maret 1945,
Yamato diserang habis-habisan oleh pesawat terbang dari
USS Enterprise,
USS Yorktown,
USS Intrepid yang menyerbu pangkalan angkatan laut utama Jepang di Kure ketika
Yamato sedang didok. Namun
Yamato hanya menderita kerusakan ringan, berkat pengawalan pilot instruktur pesawat tempur Jepang yang menerbangkan pesawat tempur
Kawanishi N1K "Shinden" atau "George". Skuadron ini dipimpin pilot
Minoru Genda yang merencanakan
Pengeboman Pearl Harbor. Kehadiran pesawat-pesawat tempur Kawanishi N1K yang setara kalau tidak lebih superior dibandingkan
F6F Hellcat membuat pilot-pilot Amerika terkejut, dan beberapa pesawat Amerika Serikat ditembak jatuh. Tembakan defensif antipesawat dan plat perisai dek atas yang tebal juga menjaga
Yamato dari kerusakan yang serius. Pada 29 Maret 1945,
Yamato berangkat dengan amunisi penuh, dan bersiap-siap melakukan pertempuran di Okinawa dalam
Operasi Ten-Go.
Operasi Ten-Go yang dimulai 6 April 1945 adalah misi bunuh diri di lepas pantai
Okinawa yang dilakukan secara sengaja oleh
Yamato dan sembilan kapal pengawalnya. Ketika berangkat dari Kure,
Yamato
direncakan untuk dikandaskan di pantai Okinawa, dan bertugas sebagai
stasiun tempur yang tidak tertenggelamkan. Meriam-meriam berat kaliber
18,1 inci menurut rencana akan dipakai untuk melakukan bombardemen ke
pasukan Amerika Serikat yang berada di Okinawa.
Yamato hanya
membawa bahan bakar cukup untuk sampai ke Okinawa. Persediaan bahan
bakar yang ada memang sudah tidak cukup untuk mengantarkan
Yamato ke Okinawa dan pulang kembali ke Kure. Ketika berlayar di
Selat Bungo,
Yamato dan kapal-kapal pengawalnya dipergoki oleh kapal selam Amerika Serikat
USS Threadfin dan
USS Hackleback. Keduanya melapor ke
Gugus Tugas 58 tentang posisi
Yamato.
Pada pukul 12.32 tanggal 7 April 1945,
Yamato menyambut
serangan gelombang pertama yang terdiri dari 280 pesawat dari Gugur
Tugas 58, terkena tiga kali (dua bom, satu torpedo). Pada pukul 14.00, dua kapal pengawal
Yamato tenggelam. Tidak lama kemudian,
Yamato
dan kapal-kapal pengawal yang tersisa menjadi sasaran serangan
gelombang kedua yang terdiri dari 100 pesawat. Pada pukul 14.23, setelah
dihantam 10 torpedo dan kejatuhan 7 bom, ruang amunisi
Yamato meledak.Asap ledakan membubung setinggi 6,4 km dan dapat dilihat dari
Kyushu yang berjarak 160 km dari lokasi tenggelamnya
Yamato. Sejumlah 2.498 awak dari total 2.700 awak
Yamato dinyatakan hilang, termasuk komandan armada Laksamana Madya
Seiichi Itō.