Palembang, 15 Januari 2017
Repost : https://id.wikipedia.org/wiki/Mil_Mi-24
Mil Mi-24 (
kode NATO:
Hind) merupakan
helikopter tempur dan pengangkut buatan
Uni Soviet. Helikopter ini mulai dioperasikan pada tahun
1976 oleh Soviet, dan saat ini masih dipakai oleh 30 negara lainnya.
Kode
NATO untuk helikopter ini adalah
Hind, dan variannya diidentifikasikan dengan menambahkan huruf. Versi
ekspor helikopter ini,
Mi-25 dan
Mi-35, disebut
Hind D dan
Hind E.
Pilot Soviet menyebut helikopter ini
летающий танк (
letayushiy tank, atau tank terbang). Nama julukan lazim lainnnya adalah
Крокодил (
krokodil, atau buaya), karena bentuk dan warna kamuflasenya.
[1]
Helikopter seri “Hind” produksi Mil merupakan favorit pada Perang
Dingin dan terus dimodernisasi termasuk oleh Angkatan Bersenjata Russia.
Helikopter berat ini mampu melaksanakan berbagai peran di dalam medan
pertempuran, baik pada masa damai maupun perang, dan telah terlihat
dalam berbagai peperangan dari Afrika hingga Timur Tengah dan Rusia.
Mi-24 dibuat berdasarkan helikopter transport Mi-8 “Hip” dan
digabungkan dengan sistem dan subsistem dari seri Mi-17. Mi-24 orisinil
mempunyai sebuah kokpit “glass house”, sangat berbeda dengan kokpit
tandem. Bodi helikopter ini sangat adaptable (dapat diadaptasikan sesuai
keperluan), mampu membawa sampai delapan pasukan siap tempur atau
penumpang atau empat tandu berisi pasien. Sistem sayap “patah”-nya
(stubbed wing) memungkinkan untuk dibawanya persenjataan dalam jumlah
besar, dengan standarnya adalah pod roket, pod senapan, sistem misil
anti-tank. Sistem sayap ini juga memungkinkan helikopter dilengkapi
dengan misil udara-ke-udara untuk pertahanan diri. Sebuah senapan mesin
juga terpasang di bagian hidung.
Mi-24 pernah terlihat dalam perang Soviet di Afganistan di mana
sering menjadi target sistem misil permukaan-ke-udara Stinger milik AS.
Mi-24 juga memberikan efek populer pada perak Irak-Iran 1980an melawan
AH-1 Cobra milik AS. Helikopter ini telah dipakai dalam Perang Sipil
Nikaragua, Sri Lanka, Invasi Kuwait, perang Rusia-Ceko, Sierra Leone,
Kosovo, Pantai Gading dan Kongo. Seri Hind merupakan alternatif populer
di banyak negara dimana peralatan militer semakin mahal.
Model Hind-D merupakan titik balik untuk helikopter ini karena
menggunakan kokpit (berlapis baja penuh) baru dan turret bertenaga
4-barrel. Walaupun helikopter ini bukanlah sistem yang sempurna, tetapi
cukup adil bahwa helikopter ini masih terdepan. Menariknya, AS mempunyai
beberapa helikopter ini untuk keperluan pelatihan. Hind juga dikenal
dengan "The Crocodile" atau "Devil's Chariot".
Sejarah
Dalam
operasi pendaratan pasukan menggunakan puluhan Huey dan bisa mendaratkan
satu batalyon pasukan, gempuran pasukan darat yang dilindungi serta
didukung Cobra terbukti sangat efektif. Selain berperan untuk menggempur
sarang senapan mesin musuh, Cobra yang dipersenjatai rudal TOW juga
mumpuni sewaktu menghajar kendaraan berat lawan seperti ranpur angkut
pasukan dan tank. Sebagai musuh bebuyutan dalam Perang Dingin sekaligus
pemasok senjata bagi pasukan Vietnam Utara, Rusia termasuk yang paling
risau atas kehadiran dua heli tempur AS itu. Salah satu warga Rusia yang
paling risau dan sekaligus gatal terhadap kemampuan heli tempur AS di
Vietnam adalah Mikhail Leont’vevich Mil perancang heli tempur bagi
militer Rusia.
Bagi Mikhail peran Huey dan Cobra di Vietnam cukup menarik terutama
jika dua kemampuan itu digabungkan sehingga heli transpor yang bertugas
mengangkut pasukan infanteri tidak hanya berperan sebagai transpor saja
tetapi juga beperan sebagai heli serang atau helikopter multirole. Pada
tahun 1966, rancangan Mikhail yang merupakan mock up heli serba guna,
angkut, dan sekaligus serang V-24 sudah terwujud. Dari segi kemampuan
mock up V-24 merupakan heli angkut pasukan sebanyak delapan personel
bersenjata lengkap dan bisa dipersenjatai dengan enam rudal atau roket
serta dua senapan kanon Gsh-23 L kaliber 23 mm.
Sewaktu rancangan V-24 yang kemudian diproduksi menjadi Mi-24
ditawarkan kepada militer Rusia, sejumlah petinggi AD Rusia menolak
mentah-mentah karena persenjataan pasukan darat seperti tank dianggap
lebih mumpuni dibandingkan heli tempur. Mujur Deputi Menteri Pertahanan
Rusia, Marsekal Andrev A. Greckho mendukung sehingga rancangan V-24
akhirnya bisa diproduksi. Industri penerbangan yang memproduksi mock up
Mi-24 adalah Mil Moscow Helicopter Plant. Pada awalnya Mi-24 menyiapkan
dua mesin Izotov TV3-177A turboshatf berkemampuan 1700 tenaga kuda. Jika
menggunakan satu mesin bobotnya mencapai 7 ton sedangkan jika memakai
dua mesin kembar, bobotnya mencapai 10,5 ton.
Perusahaan penerbangan Rusia lainnya, Kamov sempat menawarkan mesin
Ka-25 Hormone ASW dengan alasan lebih murah. Tapi Mil Moscow kemudian
menerapkan dua mesin baru Isotov TV3-117VMA turboshaft yang
masing-masing memiliki kekuatan 2.200 tenaga kuda. Tak hanya memasang
mesin versi terbaru, Mil Moscow juga mengganti persenjataan dengan
senapan mesin berat Yakushev Borzov Yak B Gatling kaliber 12.7 mm yang
bisa membawa 1.470 peluru dan rudal antitank, 9K 114 Shturm (AT-6
Spiral). Proses penyempurnaan rancangan untuk penempatan persenjataan,
tail rotor, dan lainnya hingga masa produksi serta tahap siap
diterbangkan berlangsung dari 1970-1972. Khusus untuk varian Mi-24 V
dipersenjatai rudal yang bisa menjangkau jarak 8 km, AT-9.
Titanium, kevlar dan baja
Sebagai
heli serang sekaligus transpor pasukan, dua awak yang bertugas
mengoperasikan Mi-24 dan duduk dalam posisi tandem mendapatkan
perlindungan khusus di dalam kokpit yang tahan peluru. Baik dinding
kabin maupun kaca kokpit terbuat dari bahan titanium dan kaca khusus
(kevlar) yang mampu menahan gempuran senapan mesin kaliber 12.7 mm.
Kabin penumpang yang berada di dalam fuselage pesawat pun terlindungi
dinding lapis baja sehingga kemampuan Mi-24 melebihi apa saja yang bisa
dilakukan Huey. Pada awal Mi-24 dioperasikan dalam medan tempur di
Afghanistan belum ada heli milik NATO yang mampu mengimbanginya. Heli
buatan negara-negara Barat, khususnya produksi AS yang kemudian bisa
disejajarkan untuk mengimbangi Mi-24 adalah Sikorsky UH-60 Black Hawk,
heli angkut sekaligus serang yang dipersenjatai dengan rudal AGM-114
Hellfire dan roket Hydra 70.
Ketika diterjunkan ke medan perang untuk pertama kalinya oleh Somalia
melawan Ethiopia dalam peperangan yang lebih dikenal Ogaden War
(1977-1978), Mi-24 yang disuplai Rusia terbukti menunjukkan
kehebatannya.Sebagai pendukung militer Ethiopia dalam kancah Perang
Dingin, AS merasa tidak bisa berbuat banyak untuk melawan kehebatan
Mi-24. Apalagi rudal Stinger buatan AS yang nantinya menjadi momok bagi
Mi-24 baru bisa dioperasikan pada tahun 1980-an.
Sejak dioperasikan mulai tahun 1971, Mi-24 telah diproduski ke
berbagai varian sesuai kebutuhan negara pemakai atau tantangan yang
harus dihadapi di medan perang. Varian-varian Mi-24 itu antara lain
Mi-24 (Hind A) yang bisa mengangkut delapan pasukan dan tiga awak dan
dipersenjatai roket 57 mm, rudal antitank MCLOS 9M17 Phalanga (AT-2
Swater), dan senapan mesin kaliber 12.7 mm. Mi-24 D (Hind-D), heli
tempur versi terbaru yang diproduksi tahun 1973 dan merupakan desain
ulang dari Mi-24 C. Perubahan yang dilakukan pada Mi-24 D adalah pada
bagian fuselage, kokpit untuk pilot dan gunner.
Ketika Perang Iran-Irak (1980-1988) berkobar Mi-24 dan variannya
Mi-25 dan Mi-35 mendapat kesempatan untuk bertarung melawan AH-1 Cobra
yang diterbangkan oleh pilot-pilot Iran. Duel udara itu yang merupakan
wujud nyata bertemunya persenjataan produksi Perang Dingin ternyata
menghasilkan skor yang seimbang.
Sesuai dengan tantangan di medan tempur yang harus dihadapi oleh AS
dan lomba persenjataan di era Perang Dingin yang makin memanas, Cobra
pun dikembangkan ke generasi heli tempur paling mutakhir, AH-64 Apache.
Meskipun Perang Dingin telah usai dan Rusia merupakan pihak yang
dikalahkan, semangat untuk menyaingi Apache terus berlanjut karena tak
lama kemudian Rusia memproduksi heli serupa Mi-28 Havoc. Namun dalam
proses pemasarannya, Apache yang telah terbukti unggul di berbagai medan
tempur lebih laku dibandingkan Mi-28.
Ketertarikan TNI AD untuk membeli Apache atau Black Hawk seperti yang
pernah dikemukakan oleh KSAD, Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo
(angkasa.co.id) selain mencerminkan hubungan AS-Indonesia yang makin
membaik juga dipengaruhi oleh harga kedua pesawat itu. Yang pasti TNI AD
akan membeli sesuai dengan kebutuhan Puspenerbad dan memilih harga yang
lebih murah. Di samping itu kenyataan bahwa dari sisi pengalaman
tempur, Apache terbukti merupakan heli tempur paling mutakhir dan modern
pada saat ini. Menurut Komandan Skadron 21/Sena Puspenerbad yang
bermarkas di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Letkol Eko Priyanto, jika
TNI AD bisa memiliki Apache maka baik dari sisi kemampuan para pilot dan
daya gempur akan makin meningkat.
“Puspernerbad memang telah memiliki sejumlah heli serang Mi-35,
tetapi kehadiran Apache akan makin meningkatkan kemampuan tempur TNI AD
karena Apache bisa berfungsi sebagai pelindung bagi operasi tempur yang
dilaksanakan oleh Bell-412 dan Mi-35 ketika sedang mendaratkan pasukan,”
papar Eko yang memiliki 6.000 jam terbang sebagai pilot heli baik
buatan AS maupun Rusia itu.
Karakteristik
Dasar helikopter ini dikembangkan dari Mil Mi-8, yaitu dengan dua mesin turboshaft yang memutar lima bilah
baling-baling
17,5 meter utama dan tiga bilah baling-baling belakang. Posisi mesinnya
menghasilkan dua saluran udara yang khas, selain itu, versi D dan
selanjutnya memiliki
kokpit ganda berbentuk gelembung yang membuatnya mudah dikenali.
Penempatan
senjata
dilakukan pada sayap pendek, yang juga berfungsi memberikan dorongan
terbang, dimana setiap sayap memiliki tiga titik penempatan. Badan
helikopter memiliki lapisan pelindung yang tebal, dan baling-balingnya
yang terbuat dari
titanium yang tahan tembakan sampai
kaliber
12,7 mm. Kokpit helikopter dibuat kedap udara agar tahan dalam kondisi
NBC. Mi-24 menggunakan tiga roda pendaratan yang dapat dimasukkan ke
dalam badan. Sebagai helikopter angkut dan tempur, Mi-24 belum memiliki
helikopter
NATO yang sejenis.